Kamis, 19 Januari 2012

Mengajar Pendidikan karakter dengan Berkarakter


Begitu gerakan pendidikan karakter mulai dicanang sejak tahun 2009, maka semangat mengimplementasikan gagasan itu mulai menggulir pada semua jenjang pendidikan. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai nilai-nilai yang diwujudkan dalam perilaku nyata sehari-hari yang bersumber dari norma agama, etika, adat istiadat, budaya, maupun undang-undang atau peraturan. Pembangunan karakter sebenarnya sudah lama menjadi kebijakan dan diintervensikan dalam pendidikan. Kita mengenal pendidikan agama, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral pancasila, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan kepribadian, pembiasaan, atau kegiatan intra maupun ekstrakurikuler yang membangun karakter, seperti pramuka atau pencinta alam. 
Di lingkungan masyarakat maupun keluarga sebenarnya upaya menumbuhkan karakter yang baik telah banyak dilakukan, seperti sopan santun, jujur, atau bertanggung jawab. Namun demikian, upaya-upaya itu belum secara luas tampak dalam kehidupan sehari-hari, dan belum menjadi karakter yang menyatu dengan pribadi keseharian.
Keprihatinan lemahnya karakter generasi bangsa dan kecenderungan kebutuhan manusia yang berkarakter dalam menghadapi persaingan global, mendorong pemerintah menggelorakan gerakan baru yang berlabel pendidikan karakter.
Pendidikan karakter memang tidak dipaksakan sebagai mata kuliah atau pelajaran baru yang harus diajarkan kepada siswa (mahasiswa), tetapi diintegrasikan secara sistematis pada semua aspek aktivitas pendidikan seperti kegiatan belajar mengajar, budaya sekolah maupun ekstrakurikuler.
Begitu urgennya pendidikan karakter tersebut, sehingga pada tingkat program studi upaya mengintervensi kepada mahasiswa terutama calon guru telah dimulai, yaitu dengan memasukkan pendidikan karakter sabagai salah satu kompetensi pada mata kuliah yang berkaitan dengan pembelajaran, yaitu Proses Belajar Mengajar (PBM I, II, III), Praktek Pengalaman Lapangan (PPL I). Pada mata kuliah tersebut mahasiswa diminta untuk membuat silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan perlengkapannya yang didalamnya memuat aspek-aspek karakter, seperti pada tujuan, indikator, kegiatan belajar mengajar, maupun penilaian.
Sedang pada mata kuliah lain diminta untuk menyisipkan nilai-nilai karakter dalam Garis-garis Besar Program Perkuliahan (GBRP), dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Nilai-nilai itu dimunculkan tidak hanya sebagai dampak samping saja, tetapi dampak yang sengaja dirancang. Misalkan pada tujuan pembelajaran disebutkan “mahasiswa dapat membangun struktur matematika sederhana dari geometri finit secara mandiri dan bertanggung jawab”. Pada kegiatan pembelajaran, dosen memberi tanggung jawab kepada masing-masing mahasiswa untuk membuat definisi-definisi dan teorema-teorema dari aksioma yang diketahui secara mandiri. Dosen memantau aktivitas mahasiswa ketika pembelajaran dengan memberikan penilaian seperti “apakah mahasiswa selalujarang, atau tidak pernahmelaksanakan tugas sesuai dengan instruksi dan sungguh-sungguh?”, kemudian “apakah tugas yang diberikan itu selalujarang, atau tidak pernah dikerjakan sendiri atau meniru hasil temannya?”. Akumulasi nilai yang diperoleh ini digunakan sebagai bagian dari nilai akhir, yaitu termasuk nilai partisipasi atau bagian nilai dari tugas. Pedoman penilaian di UNESA untuk nilai akhir suatu mata kuliah menggunakan acuan 20% ujian tengah semester, 30% tugas mandiri dan kelompok, 30% ujian akhir semester, dan 20% partisipasi.
Upaya melalui peraturan ini paling tidak memberi arah pengembangan pendidikan karakter bagi mahasiswa. Implementasi di ruang kuliah, para dosen diminta melaksanakan dengan sesungguhnya rancangan penyisipan nilai-nilai yang baik itu sebagai bagian dari karakter dosen masing-masing. Bagaimana mengetahui implementasinya? Program studi melakukan supervisi sekali dua kali dalam satu semester, dan melalui angket yang diberikan kepada mahasiswa untuk menilai kinerja dosen. Aktivitas itu paling tidak memberi kendali bagi dosen untuk melaksanakan pembelajaran dengan sebaiknya, karena hasil itu digunakan sebagai bahan refleksi setiap akhir semester.
Karakter adalah suatu nilai yang muncul tidak hanya sesaat, sehingga dalam mentransfer kepada mahasiswa tidak hanya keterampilan mengajar belajar saja yang diperlukan, tetapi keteladanan sehari-hari. Dengan demikian, diperlukan mengajar belajar karakter melalui karakter juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar