Senin, 16 Januari 2012

Meningkatkan Profesionalisme Guru


Permasalahan di dunia pendidikan timbul adanya kesenjangan antara apa yang ingin dicapai dengan pelaksanaan di lapangan. Apa yang hendak dicapai telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional maupun mata pelajaran. 

    DALAM tujuan pendidikan nasional dirumuskan bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa juga berbudi luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
    Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan serangkaian kegiatan. Baik formal maupun nonformal. Kegiatan formal antara lain penyelenggaraan proses belajar-mengajar di sekolah, penyediaan buku-buku pelajaran secara resmi, dan penyediaan sarana-prasarana. Di samping itu, untuk meningkatkan kemampuan guru telah pula dilakukan berbagai pelatihan, workshop, bantuan berupa grant untuk MGMP maupun KKG. Dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran juga dilakukan  workshop action research (penelitian tindakan kelas).
    Walau berbagai usaha untuk mencapai tujuan tersebut telah dilakukan, pendidikan belum juga bangkit dari keterpurukan dan ketertinggalan. Jangankan dibanding dengan negara-negara maju, level Asia saja kita di posisi paling bawah. Melihat kondisi pendidikan kita yang sangat terpuruk saat ini, sebagai seorang pendidik tentu merasakan keprihatinan yang sangat mendalam. Sebab, disadari atau tidak seorang pendidik merupakan jabatan strategis dalam menunjang proses dan hasil kinerja pendidikan secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan pendidik merupakan representasi dari kondisi dan kinerja pendidikan.
    Sebagai seorang pendidik, sudah saatnya kita berintrospeksi. Sudahkah kita melaksanakan tugas pokok dan fungsi kita dengan benar? Kalau sudah benar menurut kita, sudahkah benar berdasarkan aturan dan standarisasi yang telah digariskan, sudahkah kita melakukan assessment dengan benar, serta sederet pertanyaan-pertanyaan lain yang masih tersimpan dalam benak penulis maupun kita semua tentunya. Pertanyaan demi pertanyaan ini muncul dalam benak penulis. Sebab, ternyata dari pengamatan penulis masih banyak di antara kita yang belum memahami bahkan tidak tahu bahwa paradigma dalam proses pembelajaran saat ini telah berubah.
    Dari obrolan santai penulis dengan teman yang baru saja pulang dari mengikuti pelatihan, yang kebetulan satu profesi beberapa hari yang lalu tercetus kalimat dari sang teman, ’’setelah ikut pelatihan ini rupanya ngajar itu enak ya, kita tinggal duduk, nungguin siswa kita yang sedang belajar’’. Dari kalimat singkat itu, membuat saya tercengang, kaget, dan penasaran. Pertama, saya kaget di ’’hari gini’’ masih ada seorang pendidik yang baru mendengar adanya perubahan paradigma pembelajaran yang sebenarnya sudah didengungkan 5–6 tahun lalu. Kedua, saya penasaran jangan-jangan teman tadi memahami perubahan paradigma pembelajaran yang disampaikan oleh instruktur hanya secara parsial, tidak keseluruhan. Sehingga, kulit luarnya saja yang ditangkap sedangkan isi pokoknya tidak.
    Kemudian saya bertanya kembali, ’’bagaimana strategi yang Anda terapkan sehingga cukup duduk saja, sementara siswa harus belajar?’’ Dengan meyakinkan, teman saya tadi menjawab, ’’dalam proses pembelajaran sekarang ini, memang siswa yang harus aktif belajar, bukan gurunya’’. Dari jawaban dan obrolan yang berkembang tadi jelaslah bahwa memang konsep pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) maupun contextual teaching and learning (CTL) belum dipahami secara benar oleh teman tadi bahkan teman guru yang lain.
    Pembelajaran yang menerapkan CTL harus diciptakan kondisi di mana siswa aktif membangun konsep secara konstruktif bukan hanya sekadar menerima pengajaran dari guru. Selain itu, pembelajaran didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi siswa lebih aktif belajar. Bukan hanya guru yang aktif mengajar. Dalam pembelajaran seperti ini juga pengalaman belajar siswa sangat diutamakan, sehingga siswa benar-benar mengalami dan terlibat dalam proses pembelajaran. Oleh karenanya, untuk menerapkan pembelajaran yang demikian diperlukan kemasan materi yang matang dan lengkap, menggunakan media-media, serta lingkungan yang kontekstual di lingkungan sekolah kita. Misalnya, koran bekas, benda alam, dan tumbuhan.
    Dalam proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya, guru hendaknya menciptakan lingkungan yang penuh dengan aktivitas bahasa dan melibatkan anak-anak dalam interaksi verbal. Contoh, bercerita, bermain kata-kata, bercanda, mengungkapkan pendapat, dan mengajukan pertanyaan. Siswa dilibatkan dalam diskusi dan diberi peluang untuk membuat pilihan juga keputusan. Kelas pun hendaknya berupa lingkungan yang kaya akan bahasa sebagai sarana siswa agar sering berbicara, membaca, berdiskusi, dan keterampilan bahasa yang lain.
      Dalam proses pembelajaran yang dituntut oleh PAIKEM memang siswa yang harus aktif. Tapi bukan berarti aktif mencatat. Siswa harus melakukan aktivitas dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Untuk melakukan hal ini, tentunya guru harus memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas. Dari pengaturan tempat duduk, tutur kata guru santun, menciptakan ketertiban, guru memberikan penguatan dan umpan balik, guru menghargai peserta didik, serta sebagainya. Dalam melakukan kegiatan inti, seorang guru harus melakukannya secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatif, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, juga perkembangan fisik atau psikologis peserta didik. ’’Bukan sekadar duduk sambil asyik baca Koran’’. Dan yang juga tidak kalah pentingnya mampu melakukan penilaian. Penilaian merupakan tindak lanjut yang dilakukan guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang dapat di gunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran maupun sebagai laporan skema hasil belajar. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar