Sabtu, 21 Januari 2012

6 Cara Menambah Daya Ingat



Lupa dan ingat adalah dua hal yang paling sering dialami manusia sepanjang hidupnya. Dengan mengingat segala hal penting pastinya bisa membuat urusan kita lebih mudah, sebaliknya kalau sedikit-sedikit lupa dan lupa lagi, awas jadi orang yang cepat pikun.
Ada 6 cara yang bisa membantu kita menambah kemampuan mengingat. Semoga terapi berikut bisa membantu.
1. Bangun pagi dan cium rosemary.
Dalam sebuah penelitian tahun 2003, para psikolog meminta 144 relawan untuk melakukan serangkaian uji coba tentang ingatan jangka-panjang, cara kerja ingatan, dan uji reaksi dan perhatian. Beberapa orang melakukan tes itu di ruangan yang bebas bau, beberapa di ruangan dengan bebauan dari minyak esensi rosemary, dan sisanya bekerja dengan bebauan minya lavender.
Hasilnya, mereka yang bekerja di ruangan dengan memiliki hasil yang bagus dalam ingatan jangka panjang dan kerja ingatan dibandingkan dengan yang bekerja di ruangan tanpa bebauan, sementara yang bekerja di ruangan beraroma lavender lebih jelek dalam hal kerja ingatan. Lebih jauh, mereka yang bekerja di ruangan beraroma rosemary merasa lebih terjaga dibandingkan dengan mereka yang bekerja di ruangan kontrol (tanpa bebauan). Nah, yang bekerja di ruangan beraroma lavender ternyata lebih merasa mengantuk.
Wah, rupanya lavender memang bagus untuk mengusir nyamuk. Tapi efek sampingnya bisa membuat kita lebih suka tidur.
2. Makanan untuk berpikir
?
Untuk menjaga ingatan tetap muda meski otak mulai menua, ilmuwan menyarankan mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan seperti blueberry, apel, pisang, sayuran berwarna hijau tua, bawang, dan wortel.
Antioksidan merupakan molekul yang dengan mudah mengikat dan menetralkan elektron yang disebut dengan “radikal bebas” yang berkeliaran secara bebas di aliran darah. Radikal bebas ini bertambah seiring usia dan bisa membunuh otak.
Yang kedua, sebagian besar otak terbuat dari lemak sehat, termasuk yang paling penting adalah omega-3. Agar supaya otak bisa memperbaiki dirinya sendiri dan menjadi neuron-neuron tersambung dengan benar, kita harus memberikan makanan yang tepat buat otak. Nah, omega-3 ditemukan di banyak jenis ikan dan kacang-kacangan.
3. Kunyah permen karet
Penelitian pada tahun 2002 yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa mengunyah permen karet memberikan hasil yang lebih baik pada uji ingatan jangka-panjang dan jangka pendek dibandingkan dengan mereka yang tidak mengunyah apa-apa.
Para ilmuwan menduga, tindakan mengunyah permen karet akan menghasilkan air liur yang meningkatkan denyut jantung; atau ia mempengaruhi fungsi daerah otak yang diberi nama hippocampus yang menyebabkan tubuh melepaskan insulin sebagai persiapan untuk metabolisme makanan.
4. Permainan otak
Sebuah program yang disebut dengan Lumosity, dikembangkan dengan bantuan ilmuwan saraf dan psikolog kognisi dari Standford University dan University of California di San Francisco, secara khusus dirancang untuk orang tua yang ingin memperbaiki ingatan, konsentrasi, keterjagaan, dan bahkan mood mereka.
Tentu saja, selalu ada olahraga otak yang klasik dan murah meriah, seperti Sudoku dan teka-teki silang yang bisa ditemukan di mana saja. Latihan-latihan itu akan menggugah pengetahuan dan membantu saraf-saraf di otak saling bersambungan.
5. Tidur.
Dalam skala penelitian di lab menggunakan tikus, saat tikus tidur, dua area di otak – hippocampus dan medial prefrontal cortex, area yang berkaitan dengan pengambilan ingatan dari masa lalu (baik di manusia atau tikus) – berputar menayangkan kejadian-kejadian sepanjang hari itu. Proses ini dipercaya sangat penting untuk mengonsolidasikan dan merapikan file-file ingatan-ingatan baru yang terbentuk.
6. Berjalan kaki
Penelitian menunjukkan bahwa pusat ingatan di otak yang disebut hippocampus menyusut seiring usia. Namun penelitian pada tahun 2011 memberikan kabar bagus: orang dewasa yang beranjak tua yang rutin melakukan jalan kaki dapat mempertahankan volume hippocampus.
Penelitian yang dipimpin oleh Arthur Kramer dari University of Illinois-Urbana Champaign itu melibatkan 60 orang dewasa berusia 55 sampai 80 tahun. Mereka melakukan jalan kaki tiga kali seminggu masing-masing selama 40 menit.
Aktivitas yang cukup untuk meningkatkan denyut jantung mereka. Peserta lain sejumlah yang sama melakukan latihan pengencangan otot latihan beban, yoga, dan peregangan, dalam intensitas yang sama.
Setelah setahun pengencangan, anterior hippocampus peserta hilang sedikit di atas 1 persen dari volumenya, secara rata-rata. Sebaliknya, setahun latihan aerobik membuat peningkatan sekitar 2 persen pada volume anterior hippocampus, membalikkan penuaan alami hippocampus selama sekitar dua tahun.
Ilmuwan percaya bahwa hal itu disebabkan oleh imbas latihan yang menimbulkan stres ringan yang memicu produksi faktor pertumbuhan di otak. Kemungkinan juga karena aliran darah yang lebih besar ke otak sehingga semakin banyak nutrisi dan oksigen yang dihantarkannya.
Sumber: intisari online

Kamis, 19 Januari 2012

Sikap Mengajar Guru Serta Pengaruhnya dalam Pendidikan


Pendahuluan

Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena siikap seorang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-sehari oleh anak didiknya.

Mengingat pada saat ini banyak sikap dari seorang guru tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena adanya berbagai faktor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia pendidikan. karenanya masalah sikap guru dalam mengajar perlu mendapat perhatian kita semua.

Proses pendidikan berlangsung tidak tanpa alasan dan atau tujuan, pendidikan merupakan proses yang berfungsi membimbing pelajar didalam kehidupan. Yakni membimbing perkembangan diri sesuai dengan tugas-tugas perkembangan tersebut, dalam mencukupi kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagi anggota masyarakat.

Bila mana ditinjau secara luas akan jelas nampak bahwa manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu berubah dan perubahan itu adalah hasil belajar. Hanya soalnya tidak semua peristiwa belajar itu berlangsung secara sadar dan terarah. Malahan pada dasarnya lebih banyak hal-hal yang dipelajari manusia dengan tak sadar dan terencana . Menyadari bahwa perubahan yang tak disadari dan tak diarahkan lebih banyak memberikan kemungkinan perubahan tingkah laku yang berada di luar titik tujuan.

Pendidikan menurut hakekatnya memang adalah suatu peristiwa yang mempunyai aspek normatif yang artinya, bahwa di dalam peristiwa pendidikan, pendidik dan anak didik berlangsung pada ukuran, norma atau nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu yang baik. Karena dalam pendidikan ini biasanya dilakukan dalam keadaan sadar antara pendidik dan anak didik. Memang ada juga pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dengan anaknya dan itu terjadi di rumah.

Pada dasarnya pendidikan ini sangat penting bagi umat manusia dalam mencapai taraf hidup yang mulia. Sebab pendidikan ini sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Karena dengan mencapai pendidikan yang tinggi manusia akan dihormati, disegani dan dijunjung tinggi martabatnya di masyarakat.

Dalam pada itu perlu ditegaskan, bahwa seseorang yang ingin mempengaruhi orang yang belum dewasa, belum tentu ia dapat disebut seorang pendidik. Sebab sifat yang khas pada seorang pendidik ialah bahwa setiap usaha, mempengaruhi, dan memeberi bantuan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu atau lebih cepat “membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas kehidupannya sendiri”. Hanya usaha mempengaruhi yang demikian saja yang dapat disebut “pendidik” dan “mendidik” ialah mempengaruhi dengan maksud mencapai tujuan yang bersesuaian dengan pembentukan pribadi anak.

Bukanlah dengan mudah dapat dilihat bahwa pendidik mengingini atau menolak sesuatu, memperoleh/mengharuskan atau memberantas atau sikap tertentu. Memberi contoh mengenai suatu tindakkan sedang suatu hal yang lain dijauhkan dari alam sekitar anak. Walaupunn tidak semuanya dilakukannya menurut suatu rencana tertentu. Namun dari sikap dan tindakkanya telah mungkin diperoleh suatu gambaran dari seorang pendidik tidak hanya cukup menguraikan tapi harus memperhatikan sifat lahirnya (bentuk). Hendaknya turut diperhatikan segala sesuatu yang mengandung arti bagi seorang pendidik atau suatu lingkungan pendidikan, yang mana semuanya ini bersifat memberi bantuan kepada anak dalam perkembangannya mencapai “tujuan hidupnya”.

A.    Sikap-sikap dan pengaruhnya dalam pendidikan

Kalau kita tinjau pengertian sikap ini, maka pengertian itu relatif adanya. Karena mengingat sikap itu terdapat di dalam diri manusia, maka sikap itupun tergantung pada manusia itu sendiri bagaimana caranya manusia itu menggunakannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Adapun sikap itu muncul dalam hubungan antara manusia yang mempunyai hubungan, bahwa manusia bersama-sama dengan manusia lainnya yang memerlukannya. Jadi bukan hanya bersama-sama pada suatu tempat, itu sebabnya mengapa sikap itu tidak dapat dilepaskan dari diri/pribadi pemangku sikap itu, bahwa mulanya tidak dapat dilepaskan dari hadirnya pemangku sikap itu sendiri.

Dalam sikap seseorang itu selalu terdapat suatu ketegangan antara milik pribadi yang tunduk pada sikapnya dengan perasaan bersatu dengan pemangku kesikapannya. Perasaan bersatu itu dapat merupakan pengikat antara orang tua dan anak, antara murid dan guru dan dapat juga merupakan rasa kekeluargaan yang berdasarkan kepentingan bersama antara orang-orang yang menurut alamnya bukan satu keluarga dan banyak lagi bentuk lain.

Sikap sesorang itu susah dipengaruhi oleh orang lain bila ia telah menentukan sikapnya, bisa sikap itu berubah bila sikapnya itu dianggap salah olehnya. Tetapi tidak dengan begitu saja ia akan merubh sikapnya itu tanpa ia mentelaah lagi kesalahan dari sikapnya itu. Memang sikap adalah hak seseorang untuk menentukan sesuatu. Jadi sikap itu sangat berpengaruh dalam diri sesorang, dan sikap adalah salah satu faktor yang terdapat di dalam diri seseorang. Karena dengan sikap bahwa orang itu mempunyai yang dapat dipertanggung jawabkan.

B.     Sikap-sikap guru dalam mengajar serta pengaruhnya.

1.      Sikap berpakaian.

Sebenarnya hal ini tidak perlu dibicarakan akan tetapi mengingat keadaan sekarang, dimana orang sering sempat berani dan bebas serta progresif dalam hal berpakaian, maka hal ini kita bicarakan.

Sebaiknya seorang guru berpakaian hendaknya sopan, sederhana tetapi terpelihara. Jangan bercelana Napoleon atau bergaun you can see di muka kelas. Tak usah berpakaian yang gemerlapan atau dari bahan yang sangat mahal. Ingat bahwa seorang guru yang ganjil dalam berpakaian dapat menerbitkan geli hati dan celaan murid-murid. Akibatnya seorang guru tidak dapat mengajar dengan tenang. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang menggelisahkan dan meragukan hatinya dengan sendirinya ia tidak dapat menyatukan segala perhatiannya dan pikirannya pada pelajaran yang sedang ia berikan. Ia makin bertambah bingung dan pelajaran menjadi kacau dan gagal sama sekali, padahal ia telah membuat persiapan dengan sungguh-sungguh.

2.      Sikap di muka kelas.

Sering suasana kelas dipengaruhi oleh sikap guru di muka kelas. Kelas menjadi gaduh, kalau guru ragu-ragu dan kelas menjadi tentang kalau guru bersikap tegas dan bijaksana. Bersikap tegas tidak sama dengan bersikap keras, bersikap tegas berarti begini: kalau guru menyuruh murid-muridnya supaya tenang, mereka harus mengidahkan suruhannya. Kalau mereka belum tenang dan jangan mulai mengajar atau melanjutkan pelajaran, kalau murid-murid belum tenang sungguh-sungguh. Kalau masih ada murid-murid yang bercanda, bercakap-cakap dan guru terus melanjutkan mengajar, maka percakapan itu akan menjadi menjalar dan kelas akan menjadi gaduh. Kerena itu peganglah teguh disiplin kelas, berbicaralah dengan tenang dan tegas, jangan menggangap.

Mengenai sikap di muka kelas perlu diperhatikan hal-hal yang lain, yaitu, jangan terlalu banyak menggunakan gerak-gerak tangan waktu berbicara, jangan berbicara terlalu keras dan jangan pula berbicara terlalu pelan atau lemah. Bergeraklah dengan tengan dan berbicaralah dengan suara yang sedang dan jangan ribut, kalau guru ribut kelas akan segera ribut pula. Bergembiralah selalu (sebagai seorang guru harus pandai bermain sandiwara), mungkin guru, sedang susah namun janganlah kesusahannya itu ditunjukkan kepada murid-murid. Tunjukkanlah semua pertanyaan kepada semua kelas seluruhnya dan baru kemudian tunjukkanlah seorang murid-murid menjawab. Bagi seorang guru kita haris berani:

a.      Berani memandang tiap-tiap murid, matanya.

b.      Jangan bersikap putus asa.

c.       Usahakanlah murid-murid bekerja sendiri.

d.      Jangan mengajak murid-murid.

e.       Ciptakan suasana kelas yang baik.

f.        Jangan memberi hukuman badan.

Dalam kelas yang suasananya baik, murid-murid dapat bekerja bersma-sama, saling tolong menolong. Mereka giat bekerja dan merasa suatu keluarga, cintailah murid-nurid seperti ibu bapak mencintai anak-anaknya.

3.      Sikap sabar.

Sering guru merasa, bahwa ia telah mengajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Asas-asas didaktik teleh diprektekkan Ia mengajar dengan penuh kegembiraan dan enthousianisme, namun demikian hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Guru selalu kecewa dan kekecewaan yang terus menerus dapat menjadikan guru mudah putus asa. Karena itu harap sabar, karena hasil pengajaran dan pendidikan kita tidak selalu segera kelihatan oleh kita. Anak-anak tidak selalu segera mengerti akan maksud kita dan mengindahkan keinginan kita.

4.      Sikap yang mengejek murid.

Guru yang kecewa mudah berbuat hal-hal yang tidak baik umpamanya mengejek, mencela, mengeluarkan kata-kata yang kasar yang dapat mematahkan semangat belajar murid. Seorang guru ilmu pasti pernah melemparkan kata-kata demikian kepada seorang murid “meskipun kamu bekajar 10 tahun lagi kamu tak akan mengerti juga”, kata-kata yang demikian dapat membuat murid-murid bersikap acuh tak acuh dan menjadi putus asa. Dan kata-kata demikian ini secara paedagogis dan psychologis tidak dapat dipertanggung jawabkan. Lebih berbahaya lagi kalau seorang murid dijadikan sasaran ejekan teman-temannya. Banyak anak murid yang menjadi sakit hati dan tak mau berbuat lagi sesuatu, hal ini sangat merugikan bagi perkembangan anak murid selanjutnya.

5.      Sikap yang lekas marah

Banyak hal yang dapat mengecewakan guru, umpamanya: murid yang tidak sopan , yang tolol, yang selalu gaduh, yang kotor, dan sebagainya. Janganlah guru lekas marah karena itu, orang yang lekas marah mudah bertindak yang kurang baik. Guru mudah marah menghukum anak, mengejek, mencelanya, memukulnya dan sebagainya.

6.      Sikap yang memberi hukuman badan.

Menurut peraturan sekolah, guru dilarang memberi hukuman badan, umpamanya: memukul, menedang, melempar dsb. Dengan hukuman yang demikian itu murid dapat dirugikan/disakiti karenanya. Murid yang lebih kecil itu biasanya tidak berani melawan, tetapi dalam hatinya timbul rasa tidak senang terhadap guru, atau ia menjadi takut kepada guru, dan kedua-duanya tidak baik.

Lagi pula kalau guru sudah sering atau biasa memberi hukuman badan ia tidak segan-segan memberi hukuman yang lebih berat lagi kepada murid.

Memang masih ada guru-guru yang memberi hukuman badan, dan hukuman yang diberikan sesungguhnya tidak begitu dipertimbangkan. Memukul murid dengan tongkat kecil, bukan hak itu tidak jarang dilakukan.

Secara personlijk sesungguhnya tidak memberi larangan mutlak, untuk memberi hukuman badan. Menurut hemat penulis, guru boleh memberi hukuman badan, kalau ia sebagai orang tua terhadap anaknya, bertanggung jawab penuh atas tindakannya itu, artinya: kalau ia sudah mempertimbangkan hukuman itu masak-masak, bahwa hukuman itu satu-satunya obat yang manjur untuk memperbaiki murid. Jadi hukuman itu tidak diartikan pada waktu guru bernyala-nyala marahnya, dan tidak diberikan untuk membalas dendam.

7.      Sikap yang banyak memberi larangan.

Guru yang banyak mengadakan larangan membuktukan bahwa perinta-perintahnya tidak dituruti oleh murid-muridnya. Dan itu membuktikan bahwa tidak ada ketertiban. Guru yang baik, jarang melarang, sebab biasanya perintahnya dituruti. Larangan yang banyak dapat menimbulkan kemungkinan besar untuk melanggar peraturan tanpa disadari oleh murid-murid. Larangan biasanya merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi murid, karena itu jangan banyak melarang.

8.      Bersikap jujur dan adil.

Murid-murid akan lekasa mengerti, apakah guru itu bertidak adil dan jujur, mereka lekas melihat, bahwa guru memperlakukan mereka tidak sama. Yang satu diperlakukan lebih manis dari pada yang lain, ini adalah suatu bahaya bagi mereka, mereka lekas-lekas mengecap gurunya dengan kata-kata: tidak adil, tidak jujur, pilih kasih dan sebagainya. Dan mereka sendiri yang diperlakukan lebih manis itu merasa tidak senang akhirnya. Suasana kelas akan menjadi lebih buruk karena sikap guru yang demikian.

9.      Sikap guru yang bertanggungjawab

Sama halnya dengan dokter, ahli hukum, insinyur, montir, gurupun membutuhkan sejumlah pengetahuan, metode dan kecakapan dasar lainya yang perlu dapat untuk melaksanakan tugasnya.

Ada jenis pekerjaan yang lebih banyak menuntut syarat fisik, ada yang meminta lebih banyak syarat-syarat emosi, ada pula pada syarat intelek, sosial dan sebagainya. Yang menyebabkan perbedaan-perbedaan jenis pekerjan itu adalah tuntutan yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Yang kemudian dianalisa dan dikembangkan melalui sebuah masa pendidikan. Begitu pula keadaannya dengan tugas mengajar bila ditinjau sebagi tugas yang memperoleh gambaran mengenai jenis pengetahuan dan ketrampilan dasar yang dibutuhkan setiap orang yang mempersiapakan diri untuk terjun dalam bidang ini. Salah satu caranya ialah dengan mengamati dan menganalisa berbagai situasi pendidikan. Dalam pendidikan hendaknya seorang guru harus dapat bertanggung jawab demi masa perkembangan anak didiknya.

Memang dalam mendidik, seorang guru harus mempunyai rasa tanggung jawab yang dalam. Bila seorang guru tidak mempunyai rasa tanggung jawab maka banyak pengaruhnya pada anak didik itu. Karena dengan tidak adanya rasa tanggung jawab dari guru maka anak didik itu akan berbuat hal-hal yang tidak dibenarkan dalam pendidikan.

Dengan tidak adany rasa tanggung jawab dari seorang guru maka tidak mustahil bila tujuan pendidikan yang akan dicapai akan tidak tercapai apa yang diharapkan oleh guru itu sendiri maupun oleh orang tua sekolah dan negara.

Memang kenyataan-kenyataan itu membenarkan teori didaktik yang meletakkan berbagai pertanggungan jawab pada pundak seorang guru disamping tugasnya mengajar suatu pengetahuan. Guru harus menjadi pembimbing dan penyuluh yang segar yang memelihara dan mengarahkan perkembangan pribadi dan keseimbangan mental murid-muridnya. Dan guru memjadi orang tua mereka di dalam mempelajari dan membangun sistem nilai yang dibutuhkan dalam masyarakat, serta menjadikan murid-muridnya menjadi manusia dewasa susial serta bertanggung jawab moral.

C.     Penutup

Daripembahasan diatas ini, maka dapat diambill beberapa kesimpulan Bahwa pendidikan merupakan unsur yang terpenting dalam kehidupan manusia. Bahwa sikap guru dalam mendidik memiliki pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak didik sehinggaGuru, dituntut memiliki sikap yang tepat sesuai dengan tuntutan tugas profesionalnya sebagai seorang pendidik yang bertanggung jawab. Karena seringkali anak didik akan mencontoh apa-apa yang dilakukan oleh pendidiknya.

Daftar pustaka
 Abu Ahmad. Didaktik Metodik, cv. Toha Putra, Semarang 1995.
 Bambang Laksono., Majalah Mahasiswa No.33 Thn. VI Januari 1993
 M.J. Langevld, Beknopte Theoretische Paedagogiek, diterjemajkan, Prof. DR. I. P. Simanjuntak M. A., nasco, Jakarta 1989.
 Mashoed, Pedoman Mengajer Oleh Raga Pendidikan Di sekolah Dasar, cv. Baru Jakarta 1996.
 Otang Kardi Saputra, Belajar dan Pembelajaran , FKIP-UNLA 2000.
 Winarno Surakhmad, Dasar Dan Teknik Instraksi Mengajar dan Belajar, Tarsito, Bandung 1993, cetakan ketiga.

Mengajar Pendidikan karakter dengan Berkarakter


Begitu gerakan pendidikan karakter mulai dicanang sejak tahun 2009, maka semangat mengimplementasikan gagasan itu mulai menggulir pada semua jenjang pendidikan. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai nilai-nilai yang diwujudkan dalam perilaku nyata sehari-hari yang bersumber dari norma agama, etika, adat istiadat, budaya, maupun undang-undang atau peraturan. Pembangunan karakter sebenarnya sudah lama menjadi kebijakan dan diintervensikan dalam pendidikan. Kita mengenal pendidikan agama, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral pancasila, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan kepribadian, pembiasaan, atau kegiatan intra maupun ekstrakurikuler yang membangun karakter, seperti pramuka atau pencinta alam. 
Di lingkungan masyarakat maupun keluarga sebenarnya upaya menumbuhkan karakter yang baik telah banyak dilakukan, seperti sopan santun, jujur, atau bertanggung jawab. Namun demikian, upaya-upaya itu belum secara luas tampak dalam kehidupan sehari-hari, dan belum menjadi karakter yang menyatu dengan pribadi keseharian.
Keprihatinan lemahnya karakter generasi bangsa dan kecenderungan kebutuhan manusia yang berkarakter dalam menghadapi persaingan global, mendorong pemerintah menggelorakan gerakan baru yang berlabel pendidikan karakter.
Pendidikan karakter memang tidak dipaksakan sebagai mata kuliah atau pelajaran baru yang harus diajarkan kepada siswa (mahasiswa), tetapi diintegrasikan secara sistematis pada semua aspek aktivitas pendidikan seperti kegiatan belajar mengajar, budaya sekolah maupun ekstrakurikuler.
Begitu urgennya pendidikan karakter tersebut, sehingga pada tingkat program studi upaya mengintervensi kepada mahasiswa terutama calon guru telah dimulai, yaitu dengan memasukkan pendidikan karakter sabagai salah satu kompetensi pada mata kuliah yang berkaitan dengan pembelajaran, yaitu Proses Belajar Mengajar (PBM I, II, III), Praktek Pengalaman Lapangan (PPL I). Pada mata kuliah tersebut mahasiswa diminta untuk membuat silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan perlengkapannya yang didalamnya memuat aspek-aspek karakter, seperti pada tujuan, indikator, kegiatan belajar mengajar, maupun penilaian.
Sedang pada mata kuliah lain diminta untuk menyisipkan nilai-nilai karakter dalam Garis-garis Besar Program Perkuliahan (GBRP), dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Nilai-nilai itu dimunculkan tidak hanya sebagai dampak samping saja, tetapi dampak yang sengaja dirancang. Misalkan pada tujuan pembelajaran disebutkan “mahasiswa dapat membangun struktur matematika sederhana dari geometri finit secara mandiri dan bertanggung jawab”. Pada kegiatan pembelajaran, dosen memberi tanggung jawab kepada masing-masing mahasiswa untuk membuat definisi-definisi dan teorema-teorema dari aksioma yang diketahui secara mandiri. Dosen memantau aktivitas mahasiswa ketika pembelajaran dengan memberikan penilaian seperti “apakah mahasiswa selalujarang, atau tidak pernahmelaksanakan tugas sesuai dengan instruksi dan sungguh-sungguh?”, kemudian “apakah tugas yang diberikan itu selalujarang, atau tidak pernah dikerjakan sendiri atau meniru hasil temannya?”. Akumulasi nilai yang diperoleh ini digunakan sebagai bagian dari nilai akhir, yaitu termasuk nilai partisipasi atau bagian nilai dari tugas. Pedoman penilaian di UNESA untuk nilai akhir suatu mata kuliah menggunakan acuan 20% ujian tengah semester, 30% tugas mandiri dan kelompok, 30% ujian akhir semester, dan 20% partisipasi.
Upaya melalui peraturan ini paling tidak memberi arah pengembangan pendidikan karakter bagi mahasiswa. Implementasi di ruang kuliah, para dosen diminta melaksanakan dengan sesungguhnya rancangan penyisipan nilai-nilai yang baik itu sebagai bagian dari karakter dosen masing-masing. Bagaimana mengetahui implementasinya? Program studi melakukan supervisi sekali dua kali dalam satu semester, dan melalui angket yang diberikan kepada mahasiswa untuk menilai kinerja dosen. Aktivitas itu paling tidak memberi kendali bagi dosen untuk melaksanakan pembelajaran dengan sebaiknya, karena hasil itu digunakan sebagai bahan refleksi setiap akhir semester.
Karakter adalah suatu nilai yang muncul tidak hanya sesaat, sehingga dalam mentransfer kepada mahasiswa tidak hanya keterampilan mengajar belajar saja yang diperlukan, tetapi keteladanan sehari-hari. Dengan demikian, diperlukan mengajar belajar karakter melalui karakter juga.

Karakteristik Guru yang Berkekuatan Prinsip


Problema dalam dunia pendidikan di Indonesia masih menjadi opini publik yang masih meresahkan dan diperdebatkan. Mulai menyangkut persoalan rendahnya mutu pendidikan, sistem pembelajaran yang belum memadai hingga kurang profesionalnya para guru.
Sehingga, apa yang menjadi harapan dan cita-cita dalam dunia pendidikan di negeri ini hanya baru sebatas retorika dan utopis saja.
Dalam atmosfir seperti ini, Keberadaan  guru kerap menjadi pihak yang dipersalahkan ketika pendidikan menunjukkan  hasil yang mengecewakan. Karena itu, perlu diadakan berbagai upaya serius untuk meningkatkan mutu dan kualitas guru sehingga pendidikan lebih baik. Guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan bagaimana kualitas suatu pembelajaran dilangsungkan. Guru yang terlatih dan professional diasumsikan memiliki berbagai cara dan strategi untuk mengelola kelas sehingga tetap berorientasi pada tujan pendidikan  sebagaimana diamanatkan  UU Sistem Pendidikan Nasional.
Mutu guru dipandang sebagai sebuah substansi yang menggaransikan kemajuan dan perubahan  pada peserta didik. Kompetensi yang dimiliki guru akan memberi pengaruh terhadap maju tidaknya prestasi siswa. Akhirnya guru yang berpredikat “Pelita dalam Kegelapan” harus melakukan usaha-usaha maksimal demi tercapainya perubahan yang optimal pada diri siswa.
Bentuk perubahannya, seperti dari tidak tahu menjadi tahu, dari memiliki sedikit pengetahuan jadi berpengetahuan lebih banyak, kurang beretika menjadi tahu sopan santun  adalah hal yang selalu diprioritaskan guru dalam setiap tindakannya. Namun untuk mencapai pencerahan dan  perubahan itu bukanlah hal yang mudah, sebab ada banyak faktor penghambat maupun hal-hal yang lebih diprioritaskan.
Menurut Robert M Gagner, ada dua hal yang membuat faktor penghambat dalam melakukan perubahan ( transformasi ) yakni, faktor internal dan eksternal.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional maupun Kode Etik Guru secara eksplisit mengamanatkan, faktor internal ( personalitaas ) guru merupakan bagian yang menentukan. Entitas stakeholder (guru) merupakan modal dan aset kekuatan dalam mencapai dan menentukan transformasi keberhasilan bagi peserta didik atau siswa. Kesungguhan maupun integritas guru memberikan implikasi yang signifikan dan  keberartian bagi pencapaian tujuan pendidikan yakni, membentuk insan intelektual, cerdas, terampil, dan berbudi pekerti.
Untuk meraih tujuan yang dicita-citakan dan untuk mengamini harapan yang begitu besar, maka karakteristik guru yang berkekuatan  prinsiplah  mampu memberikan kontribusi perubahan berharga bagi anak bangsa ini, mampu melahirkan siswa yang tangguh, cerdas, terampil.Untuk itu penulis memberikan inspirasi bahwa karakteristik guru yang berkekuatan prinsip itu; seperti  terus-menerus belajar, berorientasi pada pelayanan, memberi energi positif, bersinergi, integritas, dan mental tak cepat puas diri.
Guru sejati menganggap hidupnya sebagai satu periode pendidikan, untuk itu guru selalu haus dalam memperoleh pendidikan lebih. Guru secara terus-menerus untuk memperkaya dan menggali ilmu lebih banyak lagi, tidak berhenti sampai saat ini melainkan terus melakukan pemutakhiran ilmu pengetahuan, otodidak.
Selanjutnya, menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan ( Reading habit ), gemar  membaca hingga dijuluki kutu buku atau senang melakukan penelitian dan tekun belajar serta selalu memburu buku-buku baru untuk menambah wawasan dan cakrawala berpikir guru. Dengan kekayaan ilmu yang dimiliki guru, tentu akan tercurah bagi siswa. Kekayaan ilmu guru juga memperkaya ilmu siswa. Ironisnya ada guru dalam satu tahun belum tentu memiliki buku baru, referensi yang baru. Barangkali disebabkan budget untuk itu terbatas. Tetapi banyak alternatif lain yang harus dilakukan oleh guru, misalnya fasilitas internet.
Kemudian, guru harus lebih menitikberatkan hidupnya pada misi pendidikan daripada hal-hal yang lain yang bersifat keuntungan (Profit Oriented), tidak berhenti memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi siswa. Mulai membimbing dengan penuh kesabaran, kemauan yang tinggi untuk mencerdaskan bangsa. Bertanggung jawab dan mengisi diri dengan ilmu serta memberikan kontribusi bagi siswa. Menumbuhkan niat dalam diri guru bahwa melayani siswa untuk pencurahan ilmu adalah sesuatu keharusan yang dilakukan demi menciptakan manusia yang cerdas, terampil, religius, inovatif, progresif. Kesungguhan dan ketulusan dalam mengerjakan hal ini, tentu akan mendapat berkah yang berlimpah. Setengah hati untuk mendidik dan melayani siswa serta sikap cuek, apatis, egois, tidak peduli akan siswa merupakan  sebagian dari potret guru yang ada. Bila hal ini terjadi berarti berapa generasi lagi siswa kita yang terpuruk. Di mana letak komitmen guru yang professional?
Master Cheng Yen, mengatakan “Bila tidak berusaha menciptakan keberkahan, Mana mungkin mendapatkan berkah.”  Mari kita memberi pelayanan yang terbaik maka kita akan mendapat berkah.
Hal lainnya, penyuguhan ekspresi yang menarik dan menyenangkan dalam pembelajaran tentu akan memberi energi positif pada pemahaman siswa. Mengorkestrakan kelasnya sehingga menjadi hidup dan bergairah ditambah dengan bumbu-bumbu sedikit humor (Rekreatif). Dengan ekspresi yang bergairah ini akan memberi keleluasaan bagi guru untuk memberi pendekatan yang optimis dan antusias terhadap kelemahan-kelemahan serta problem yang terjadi pada siswa.
Membuka diri untuk menghilangkan sekat pemisah antara guru dan siswa.Yang akhirnya guru dapat memberi solusi bagi siswa yang bermasalah.Hilangnya beban dan problem pada peserta didik akan  lebih mudah bagi guru untuk memotivasi dalam pembelajaran.
Dalam melaksanakan tugasnya, guru jangan memakai pilosofi “Superman atau One man Show.”Artinya guru hanya bekerja sendiri-sendiri dan cukup hanya mengandalkan kemampuan sendiri. Pengalaman seperti ini tentu tidak memberi hal yang positif dan optimal dalam pencapaian tujuan keberhasilan dan perubahan pada diri siswa. Tetapi, guru harus menerapakan “Team Work” (Kerja tim atau Tim Kelompok Kerja) Membentuk kerja sama yang baik untuk sama-sama memikirkan strategi, metode, serta langkah-langkah yang terbaik untuk diterapkan pada pembelajaran. Kerja sama yang baik selalu dibarengi dengan ketulusan hati dan komitmen.
Guru harus memikirkan dirinya adalah seseorang yang sangat berharga. Menanamkan pada dirinya bahwa tanpa jasaku mereka tidak berarti apa-apa, berarti saya harus sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran dan menyampingkan rasa sombong dan keangkuhan. Meyakini dengan setinggi-tingginya bahwa ilmu yang kuberikan pada siswa itu, sungguh benar, tepat, bernilai tinggi untuk bekal masa depan siswa. Keyakinan seperi ini akan memuluskan alur pengembangan inspirasi guru. Wendel Holmes menyatakan, Apa yang ada di depan dan di belakang kita hanyalah ikhwal kecil, bila  dibandingkan dengan apa yang ada dalam diri kita. Artinya jangan ragu-ragu dalam memberikan kontribusi positif bagi siswa.
Sikap ini harus ditumbuhkan pada diri setiap pendidik, guru yang telah berhasil dalam melakukan bimbingan pada siswanya, tidak cepat berpuas diri karena sikap yang demikian akan memberikan  keinginan untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi.Jadikan keberhasilan pertama cambuk untuk meraih prestasi maupun keberhasilan sejati. Sebaliknya cepat puas berarti tidak ada hasrat untuk kejenjang kesempurnaan. Kemenangan yang melegenda lebih baik dari kemenangan yang didasari akan mental cepat puas.
Semoga sedikit catatan ini menambah inspirasi bagi teman-teman guru dalam mencerdaskan  anak bangsa, terpenting bagaimana mengambil nilai positifnya untuk direalisasikan dalam kelas serta optimalkan pendidikan. Semoga!

Senin, 16 Januari 2012

Konsentrasi

Kesenian atau latihan dalam berkonsentrasi, bejalar biologi ataupun main billiard, ialah menyisihkan ganguan dan memperhatikan apa yang kamu kerjakan. Jika anda menemukan sesuatu yang tidak anda mengerti dalam bacaan, atau jika anda mengalami kesulitan dalam mendengarkan kuliah, semoga pentunjuk-petunjuk berikut ini bisa menolong anda:
  • Melakukan kebiasaan rutine,jadwal belajar yang efisien
  • Belajar di lingkungan yang tenang
  • Untuk istirahat,
    kerjakan sesuatu yang lain dari kebiasaan yang anda lakukan (misalnya jalan-jalan sehabis duduk), dan lain-lain
  • Hindari mengelamun
    dengan menanyakan diri sendiri tentang bahan pelajaran sambil mempelajarinya
  • Sebelum kelas, pelajari catatan
    dari pertemuan sebelumnya dan baca bahan kuliah yang akan dibahas di kelas sehingga anda dapat mengetahui topik utama yang akan dibahas oleh dosen terlebih dahulu
  • Tunjukan perhatian anda saat di dalam kelas
    (ekspresi and sikap badan dengan penuh perhatian) untuk medorong semangat belajar anda 
  • Hindari ganguan
    dengan duduk di depan kelas jauh dari ganguan teman sekelas dan dengan memperhatikan dosen sehingga dapat mendengarkan dan menulis catatan yang baik

Sumber: J. R. Hayes, The Complete Problem Solver, Franklin Institute Press, 1981